Percintaan ialah rasa yang tumbuh tiba-tiba, entah dimana dan dengan siapa. Dibalik percintaan banyak hal yang harus dilewati, bisa indah dan juga menyayat hati. Pakar Kesehatan Mental Remaja UNAIR Tiara Diah Sosialita MPsi Psikolog menuturkan secara psikologis perselingkuhan akan berdampak negatif bagi segala kalangan. Percintaan yang tidak sehat secara terang-terangan, berulang, dan dalam waktu yang lama rentan menimbulkan masalah psikologis.“Sangat penting bagi remaja dan orang tua agar peka dan lebih perhatian pada orang yang terlibat masalah percintaan,” tuturnya.
Kondisi ini pada akhirnya dapat berujung pada sebuah kondisi, yaitu cinta obsesif. Kondisi tersebut digambarkan ketika seseorang malah akan fokus kepada pasangannya sebagai objek kepemilikan. Alih-alih mencintai pasangannya, seseorang yang mengalami cinta obsesif malah akan mencintai pasangannya untuk kebutuhan diri mereka sendiri.
Sebab, cinta obsesif ini membawa emosi lebih jauh, sehingga menyebabkan seseorang jadi terpaku pada pasangan yang dicintai. Hal ini membuat pasangannya seolah-olah merupakan objek yang dimiliki.Kendati demikian, masih banyak perdebatan yang timbul terkait kondisi cinta obsesif ini. Sebab, para ahli tidak secara luas mengakui cinta obsesif sebagai kondisi kesehatan mental. Alhasil, sulit untuk mengetahui penyebab gangguan cinta obsesif.
Meski begitu cinta obsesif dapat menjadi tanda terkait kondisi kesehatan mental lainnya. Misalnya seperti erotomania, yaitu gangguan yang membuat seseorang percaya atau sangat yakin bahwa ada orang yang sedang jatuh cinta kepadanya. Padahal, hal tersebut tidak benar.Di sisi lain, perlu diingat bahwa segala sesuatu yang berlebihan tentunya tidak baik, terutama jika sudah menyangkut percintaan.
Penulis : Lita Gunawan