Kondisi ikan mas yang ditemukan mati mengapung di atas permukaan Sungai Eufrat dekat kota Sadat al Hindiya di Irak, Jumat (2/11). Untuk saat ini belum diketahui apa penyebab ribuan ekor ikan mas yang diternak tersebut mati secara massal.
Furat, atau Sungai Eufrat dalam bahasa Arab, dilaporkan mengalami kekeringan kronis akibat perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir. Aliran sungai ini melintasi beberapa negara, termasuk Turki, Suriah, dan Irak, hingga bersatu dengan Sungai Tigris membentuk Sungai Syattul Arab yang bermuara di Teluk Persia.
Karena melewati negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim, sungai ini memiliki nilai penting dalam tradisi Islam. Lebih lanjut, di dalam warisan Islam, sungai ini diakui sebagai salah satu dari empat sungai yang bersumber dari surga, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW.
Tetapi di sisi lain, Sungai Eufrat juga dianggap sebagai salah satu tanda kiamat. Dalam satu hadis, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa salah satu pertanda kiamat adalah ketika Sungai Eufrat mengering dan muncul gunung emas di sungai tersebut.
Referensi dari laman Disway menunjukkan bahwa saat ini, sungai Tigris dan Eufrat menghadapi kekeringan dengan penurunan air yang signifikan. Pada tahun 2021, Kementerian Sumber Daya Air Irak memberi peringatan bahwa sungai-sungai tersebut mungkin mengering pada tahun 2024. Faktor penyebab kekeringan melibatkan penurunan permukaan air dan dampak perubahan iklim, yang telah menyebabkan penurunan hampir setengah dari debit air sungai Eufrat-Tigris dalam beberapa dekade terakhir.
Beredar juga citra satelit yang menunjukkan cekungan Sungai Eufrat-Tigris mengalami kehilangan air sebanyak 144 kilometer kubik. Fenomena ini terjadi dalam kurun waktu 10 tahun, mulai dari tahun 2013 hingga 2023, menandai titik terendah dalam sejarah tingkat permukaan air.
Timur Tengah, yang dianggap sebagai salah satu wilayah paling rentan terhadap perubahan iklim, akan semakin memperburuk masalah kelangkaan air di sana.
Sekitar 60 juta orang, terutama di Turki dan Irak, bergantung pada air dari sistem Sungai Eufrat-Tigris untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk minum, memasak, dan lainnya.
Dengan melihat hal ini, tampak jelas betapa signifikannya peran sungai ini dalam budaya masyarakat di sepanjang alirannya, dari ribuan tahun yang lalu hingga saat ini.
Dalam bahasa Arab, Sungai Eufrat dikenal sebagai Furat. Menghampar sepanjang hampir 3.000 kilometer, sungai megah ini melintasi tiga negara, yakni Turki, Suriah, dan Irak.
Sungai Eufrat, bersama dengan saudara kembarnya, Tigris, membentuk panggung bagi peradaban-peradaban besar yang terukir dalam lembaran sejarah manusia.
Sejarah panjang Sungai Eufrat meresap dalam peradaban kuno Mesopotamia. Banyak kota prasejarah yang berdiri di tepi sungai ini, seperti Kota Mari, Sippar, Nippur, Shuruppak, Uruk, dan Eridu.
Lembah sungai ini juga menjadi landasan bagi kejayaan imperium Babilonia dan Assyria.
Dalam tradisi Islam, sungai ini disebut sebagai sungai Surga berdasarkan hadis, menjadi salah satu dari empat sungai di dunia yang berasal dari surga.
Namun, di sisi lain, Sungai Eufrat juga dianggap sebagai tanda kiamat. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa kiamat tak akan terjadi hingga sungai ini mengering, dan gunung emas muncul di dasarnya yang kemudian menjadi objek persaingan di antara umat manusia.
Mari kita kenali sungai legendaris ini. Sungai Eufrat, yang terpanjang di Asia Barat Daya dengan panjang 1.730 mil atau setara dengan 2.781 km, memiliki kurang dari 30 persen dari cekungannya berada di Turki, dan sekitar 94 persen airnya berasal dari dataran tinggi Turki.
Wilayah hulu Sungai Eufrat ditandai oleh ngarai-ngarai curam, sedangkan bagian tenggaranya melintasi Syria dan Irak. Pada masa lalu, lembah sungai ini digunakan untuk sistem irigasi.
Dalam konteks Islam, beberapa hadis menyatakan bahwa harta yang terdapat di gunung di dasar sungai dapat menyebabkan perselisihan dan perang. Oleh karena itu, diingatkan agar siapapun yang datang tidak mengambil apapun dari situ.
Mengacu pada laporan dari NASA melalui Okezone dan kanal Islami Liputan6.com, terdapat berita bahwa Sungai Eufrat mengalami kekeringan sejak beberapa tahun lalu. Antara tahun 2003 dan 2010, debit air sepanjang sungai ini berkurang sebanyak 144 juta kilometer kubik.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan Sungai Eufrat mengering adalah proyek pengembangan Anatolia wilayah selatan (GAP), yang memanfaatkan air dari Sungai Eufrat dan Tigris untuk mengairi 1.7 juta hektar tanah melalui pembangunan 22 bendungan dan 19 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Dengan demikian, terjawablah alasan mengapa Sungai Eufrat mengering dengan cepat, bukan hanya karena dampak perubahan iklim atau ekologi, tetapi juga karena campur tangan manusia di dalamnya.
Penulis : Khairunnisa Indri yani Mukti